Rabu, 16 Januari 2013

JENDERAL SOEDIRMAN


Salah satu Pahlawan Nasional Indonesia, beliau dikenal masyarakat dengan nama Jenderal Soedirman atau Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman. Beliau dilahirkan di Bodas Karangjati ,Purbalingga – Jawa Tengah pada 24 Januari 1916. Lahir dari pasangan Karsid Kartawiraji dan Siyem.

Pada akhir Tahun 1916, beliau tumbuh menjadi siswa yang rajin dan aktif dalam keorganisasian. Ketika itu beliau sudah menunjukkan kemampuan sebagai seorang pemimpin dan juga dihormati di masyarakat karena taat pada agama (Islam). Setelah keluar dari Sekolah, beliau menjadi seorang guru di Sekolah Rakyat milik Muhammadiyah pada tahun 1936, karena prestasi beliau akhirnya beliau diangkat menjadi Kepala Sekolah.selain itu beliau juga menjadi pemimpin organisasi Pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937.

Pada tahun 1942 ketika Jepang menduduki Indonesia,beliau tetap mengajar dan baru pada tahun 1944 beliau bergabung dengan Pembela Tanah Air (PETA) yang disupport oleh Jepang dan beliau menjadi pemimpin Batalyon di Banyumas. Semasa aktif di PETA beliau berhasil menghentikan pemberontakan oleh anggota PETA yang lain dan akhirnya beliau ditahan di Bogor.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945 , Beliau dan tahanan lain melarikan diri dan pergi ke Jakarta,disana beliau bertemu dengan Presiden Soekarno.Kemudian Beliau berperan serta dalam pendirian salah satu cabang Badan Keamanan Rakyat dan beliau ditugaskan untuk mengurus penyerahan prajurit jepang di Banyumas. Dengan merampas senjata dari Jepang, pasukan yang dipimpin Soedirman dijadikan bagian dari Divisi V 20 Oktober oleh panglima sementara Oerip Soemohardjo; Soedirman dijadikan panglima dari divisi tersebut.

Pada tanggal 12 November 1945, Beliau terpilih dalam suatu pemilihan Panglima Besar TKR yang diadakan di Yogyakarta. Saat menunggu konfirmasi, Beliau memimpin suatu serangan terhadap pasukan Sekutu di Ambarawa. Keterlibatannya dalam Palagan Ambarawa membuat beliau mulai dikenal di masyarakat luas. Ia akhirnya dikonfirmasikan sebagai panglima besar pada tanggal 18 Desember. Dalam tiga tahun berikutnya Soedirman menyaksikan ketidakberhasilan negosiasi dengan pasukan kolonial Belanda, pertama setelah Persetujuan Linggajati lalu setelah Persetujuan Renville—yang mengakibatkan Indonesia harus menyerahkan wilayah yang diambil oleh Belanda pada Agresi Militer I. dan juga menghadapi pemberontakan dari dalam, termasuk suatu percobaan kudeta pada tahun 1948. Menjelang kematiannya, Beliau menyalahkan hal-hal ini sebagai penyebab penyakit tuberculosisnya; karena infeksi tersebut, paru-parunya yang kanan dikempeskan pada bulan November 1948.

Pada tanggal 19 Desember 1948, beberapa hari setelah Beliau pulang dari rumah sakit, pemerintah Belanda meluncurkan Agresi Militer II, suatu usaha untuk menduduki ibu kota di Yogyakarta. Meskipun banyak pejabat politik mengungsi ke kraton, Beliau bersama sejumlah pasukan dan dokter pribadinya menuju ke arah selatan dan melakukan perlawanan gerilya sepanjang tujuh bulan. Awalnya mereka diikuti pasukan Belanda, tetapi akhirnya mereka berhasil kabur dan mendirikan markas sementara di Sobo, dekat Gunung Lawu. Di Sobo ia dan pasukannya menyiapkan Serangan Umum 1 Maret 1949, yang akhirnya dipimpin Letnan Kolonel Suharto. Setelah Belanda mulai mengundurkan diri, pada bulan Juli 1949, Beliau dipanggil kembali ke Yogyakarta. Meskipun ia hendak mengejar pasukan Belanda, ia dilarang oleh Soekarno. Karena kelelahan setelah berbulan-bulan bergerilya, tuberculosis Beliau tumbuh lagi; akibatnya ia pergi ke Magelang untuk beristirahat. Ia meninggal kurang lebih satu bulan setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia. Sekarang Beliau dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Yogyakarta.

Rakyat Indonesia berduka cita setelah kematian Jenderal Soedirman; bendera dikibarkan setengah tiang di seluruh Nusantara dan ribuan orang mengikuti pemakamannya. Sampai sekarang Beliau sangat disegani di Indonesia. Perang gerilyanya dianggap sebagai asal usul semangat Tentara Nasional Indonesia, termasuk perjalannya yang sepanjang 100 kilometer harus ditempuh oleh kadet Indonesia sebelum mereka lulus dari Akademi Militer. Gambar Jenderal Soedirman ditampilkan pada uang kertas Rupiah keluaran 1968, dan namanya diabadikan di banyak jalan, museum, dan monumen. Pada tanggal 10 Desember 1964 ia dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

disadur dari : www.wikipedia.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar